<b:loop values='data:posts' var='post'><b:include data='post' name='post'/></b:loop> ~ <data:blog.title/> <data:blog.pageTitle/>

Life Journey

20070820

BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang
sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang,
kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan
cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan.
Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan
kemasan. Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik
kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi
kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman,
promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang
digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu
kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang
dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan
makanan yang perlu Anda waspadai :

A. Kertas.

Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas
koran dan majalah) yang sering digunakan untuk
membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb)
melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh
manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau
pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian
menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal,
hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada
orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor
(pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) .
Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan
akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi
logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak
makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan
tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena
pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan
yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya
timbal makanan tsb. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah
makanan jajanan tersebut di atas piring.

B.Styrofoam

Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah
menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam
bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa
styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat
dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis
pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap
mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu,
bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan
dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan
kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya
murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001,
Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan
bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya.
Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter
(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi
manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Labels:

Copyright © 2006 Designed by FinalSense